Rabu, 09 November 2011

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KESEHATAN TERNAK

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit, pakan, dan tatalaksana pemeliharaan. Tatalaksana pengendalian penyakit adalah faktor penting yang terkait langsung dengan pelaku usaha peternakan, pada kenyataan dilapang faktor tersebut cenderung mendapatkan perhatian yang kurang. Tatalaksana pengendalian penyakit yang benar dalam peternakan ayam memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan usaha peternakan ayam. Ayam yang terkena penyakit sangat menurun produktifitasnya bahkan penyakit yang menular dapat mengakibatkan kematian ayam yang tinggi, dan akhirnya akan merugikan suatu usaha peternakan ayam.
Tata laksana pengendalian penyakit adalah faktor penting yang terkait langsung dengan pelaku usaha peternakan, pada kenyataan dilapangan faktor tersebut cenderung mendapatkan perhatian yang kurang. Namun demikian dapat dilihat kenyataan di lapangan bahwa tata laksana pengendalian penyakit yang benar dalam peternakan ayam memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan usaha peternakan ayam. Ayam yang terkena penyakit sangat menurun produktifitasnya bahkan penyakit yang menular dapat mengakibatkan kematian ayam yang tinggi, dan akhirnya akan merugikan suatu usaha peternakan ayam.
Pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya. Vaksin merupakan salah satu diantara berbagai cara yang efektif untuk melindungi individu terhadap serangan macam berbagai jenis penyakit tertentu. Tindakan vaksinasi adalah salah satu usaha agar hewan yang divaksinasi memiliki daya kebal sehingga terlindung dari serangan penyakit.
Vaksin merupakan mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan virulensinya atau dimatikan dan apabila diberikan pada ternak tidak menimbulkan penyakit melainkan dapat merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Program vaksinasi yang dilakukan merupakan modifikasi untuk mempermudah mengingat dan proses vaksinasi itu sendiri tanpa mengabaikan keadaan lingkungan. Penyakit hewan menular tidak selalu dapat diobati, tetapi dapat dikebalkan yaitu melalui vaksinasi, sehingga pada kondisi terburuk ernak tidak terserang oleh penyakit tertentu. Aplikasi vaksinasi pada anak ayam biasanya dengan cara tetes mata atau tetes hidung, dan kadang-kadang pemberiannya melalui suntikan bila yang jenis vaksinnya inaktif. Vaksinasi melalui air minum tidak bisa dilakukan, karena anak ayam umur 1-4 hari minumnya masih sedikit dan tidak teratur.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui perbedaan antara ayam yang sakit dan sehat melalui pengamatan terhadap bentuk fisik dan organ visceral ayam.
2. Mengetahui jenis vaksin dan cara penggunaannya serta dapat melakukan proses vaksinasi.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengambilan darah pada ayam
C. Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak ini dilaksanakan pada 22 Oktober 2011 pukul 11.00-13.00 di Lahan Percobaan Jatikuwung Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.










II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Ternak
Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang menysun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Kerusakan sel mungkin saja terjadi secara normal sebagai akibat proses pertumbuhan yang dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian sel tubuh yang rusak atau mati bagi hewan yang sehat. Kerusakan mungkin saja tidak mengalami pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan karena serangan penyakit atau gangguan lain yang merusak fungsi sel dan jaringan (Akoso, 1993).
Salah satu hambatan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak adalah adanya berbagai penyakit yang merupakan faktor yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan ternak. Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, karena selain merusakkan kehidupan ternak, juga dapat menular kepada manusia. Kerugian kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosa dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat agar penyakit tidak menyebar ke ternak lain (BPTP, 2001).
Usus halus merupakan saluran panjang berawal dari lubang keluar lambung otot. Ada tiga bagian dalam usus halus, yakni duodenum yang memiliki panjang 20 cm, yang mengarah ke bawah disebut bagian diskendens, sedangkan yang ke atas disebut bagian askendens. Diantara diskendens dan askendens terdapat pancreas yang memproduksi enzim-enzim pencernaan. Proses pencernaan diselesaikan dan diserapdi usus halus ini (Agus Bambang. M, 1992 ).
Organ pencernaan ayam beserta fungsinya terdiri dari
a. Mulut terdapat bagian yang disebut paruh yang memiliki fungsi untuk mematuk dan memasukkan makanan ke dalam mulut. Lidah yang bentuknya runcing, mempunyai penjuluran untuk mendorong makanan ke dalam kerongkongan. Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecah belahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat sesaat. Saliva mulut selain mengandung kedua enzim tersebut juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan. Produksi saliva 7-30 ml tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva ini di pacu oleh saraf parasimpatik.
b. Oesophagus adalah saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yangt masuk. Oesophagus memanjang dari pharynx hingga proventrikulus dan melewati tembolok (crop). Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju ke tembolok.
c. Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada ayam yang makan dalam jumlah banyak. Pakan berada di tembolok selama 2 jam.
d. Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau soccenturiate ventricle atau glandular stomach yang berfungsi untuk mensekresikan pepsinogen dan HCl yang berguna untuk mencerna protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat dapat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat dicerna. Sekresi pepsinogen dan HCl tergantung pada stimulasi syaraf vagus, pakan yang melintas, dan aksi cairan gastrik. Pada keadaan tidak makan, sekresi glandula perut ini 5-20 ml/jam dan mampu mencapai 40 ml/jam ketika ada pakan. Pada ayam petelur produksi HCl akan menjadikan suasana empedal menjadi asam dengan pH 1-2 untuk melumatkan 7-8 gram CaCO3 dan fosfat, mengionkan elektrolit dan memecahkan struktur tersier protein pakan.
e. Ventrikulus atau yang biasanya disebut dengan empedal ini berdinding jaringan dari otot yang kuat dan tebal dan berwarna kemerahan. Fungsi dari empedal ini adalah sebagai tempat penggiling makanan teutama biji-bijian yang sudah dilumasi enzim pepsin dan asam khlor, sehingga biji-bijian yang mulanya kasar menjadi lumat. Pemberian grit seperti tepung batu kapur dan kerang dimaksudkan untuk membantu mempercepat proses penggilingan dalam ampela. Protein maupun mineral dapat larut di empedal ini. Setelah penggilingan makanan sudah menjadi lumat, maka makanan tersebut akan di giring ke usus halus.
f. Usus halus dinamakan juga intestinum tenue yang panjangnya mencapai 120 cm dan terbagi menjadi 3 bagian. Bagian-bagian tersebut adalah duodenum, jejenum, dan ileum.
1) Duodenum
Duodenum terdapat di bagian paling atas dari usus halus yang panjangnya 24 cm. Pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil dari proses ini sebagian besar terjadi di duodenum. Duodenum merupakan tempat untuk sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk kholesitokinin dan pankreositokinin berisi kolesterol dan fosfolipid. Sekresi enzim distimulasi oleh kholesitokinin, pankreosinin, dan sekretin, yaitu hormon peptida dari intestinum, tetapi dihambat oleh somatoston dan glukagon. Karena di duodenum ini banyak disekresikan getah empedu maka sifat cairannya adalah asam (pH 6). Dibawah pengaruh getah empedu, lemak di emulsikan dari lipase pankreas menjadi asam lemak dan gliserol. Sekresi empedu tergantung umur ayam. Oleh karena itu, ayam berumur di bawah 3 minggu sebaiknya tidak diberi pakan yang berlemak
2) Jejenum dan Ileum
Jejenum dan Ileum merupakan kelanjutan dari duodenum. Jejenum dan Ileum mempunyai fungsi yang sama dengan duodenum yaitu untuk tempat untuk sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna (Yuwanta,2004).
Penyakit ternak merupakan salah satu penghambat dalam pemeliharaan ternak. Ternak yang terserang penyakit memyebabkan peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Pencegahan penyakit dinilai lebih efisien dibandingkan dengan pengobatan (Jahja dan Ratna, 1993).
Penyakit Gumboro merupakan penyakit yang menyerang secara cepat, tetapi memiliki waktu penyerangan yang pendek. Penyakit ini bisa menyerang melalui ayam,manusia, atau peralatan yang terinfeksi. Virus gumboro bersifat sangat stabil dan tahan hidup sampai beberapa bulan. Penularan yang melalui telur jarang terjadi (Roni fadilah dan Agustin Polana,2004).
B. Vaksinasi
Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki agen penyakit (disebut antigen) yang telah dilemahkan. Pemberian vaksin bertujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Agen tersebut biasanya substansi biologis yang terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak menyerang (Akoso, 1993).
Cara pemberian vaksin yaitu melalui tetes, suntik/injeksi, melalui air minum, wing-web dan semprot. Melalui tetes yaitu dengan tetes mata, hidung, atau mulut. Melalui injeksi yaitu subcutan/dibawah kulit dan intra muscular/dalam daging atau otot. Melalui air minum adalah dengan mencampur vaksin dengan air minum, agar efektif ternak dipuasakan dahulu selama 2 jam sehingga air mengandung vaksin dapat segera dikonsumsi. Injeksi subcutan dilakukan dengan memberikan vaksin di daerah leher dengan jarum tidak masuk ke daging melainkan berada diantara daging dan kulit, cara terakhir adalah semprot, cara ini harus dilakukan ketika tidak ada angin sedang berhembus ke kandang, sehingga virus dalam vaksin akan terbang keluar, tidak dihirup oleh ayam (Akoso, 2002).
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu: (1) Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.
(2) Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenik, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit (Cahyono, 1995).
Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan (Dwi, 2007).
Vaksin untuk melawan ND biasanya dibuat dari virus jenis ringan (lentogenic) dan sedang (mesogenic). Vaksin ini akan memberikan proteksi terhadap semua bentuk ND. Cara melakukan vaksinasi dengan tetes mata (intra ocular) yaitu melaksanakan vaksinasi dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam. Vaksinasi ND melalui suntik daging dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin ke dalam daging, biasanya bagian dada atau paha. Vaksin yang disuntikkan bisa berupa vaksin live atau vaksin killed (Fadilah et al., 2007).

C. Pengambilan Darah
Darah adalah jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel (dan fragmen-fragmen sel) yang terdapat secara bebasdalam medium yang bersifat seperti air yaitu plasma. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada tiga unsur jadi yaitu sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan keeping darah atau trombosit. Diantara ketiga tipe tersebut sel darah merah yang paling banyak jumlahnya (Kimball, 1994).
Darah dibentuk dari dua bagian: bentuk elemen, atau sel-sel darah dan plasma darah, fase cair dimana yang petama tersuspensi. Bentuk elemen adalah eritrosit, atau sel darah merah, trombosit, dan leukosit atau sel darah putih. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian. Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur berukuran paling kecil penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah (Dellmann, 1992).
Darah terdiri atas matriks yang berupa cairan bermacam sel, proteinSel darah merah adalah sel yang berbentuk cakrambikonkaf, dengan Bikonkavitas yang memungkinkan gerakan O2 dapat masuk dan keluar dengan cepat dengan adanya jarak yang pendek antara membran dan isi sel. Sel darah putih adalah sel darah yang berinti dan dapat bergerak bebas sehingga dapat dengan mudah mencerna organisme, sedangkan trombosit adalah sel darah yang berbentuk cakram oval dan berfungsi mencegah hilangnya darah saat luka (Pearce,2002).
Darah ayam secara umum terdiri atas cairan darah sebanyak 70% dan bahan kering 30%. Plasma darah mengandung substansi fibrinogen sebagai pembeku darah, zat warna darah, metabolisme, garam yang larut, hormon, dan serum darah. Sel darah terdiri atas seldarah merah sebanyak 2,5-3,5 juta/mm3dan sel darah putih sebanyak 15.000 – 35.000/mm3. Tekanan darah ayam pada saat systole adalah 75-175 mmHg dan saat diastole 140-160 mmHg (Yuwanta, 2004).
Unsur-unsur darah terdiri dari beberapa jenis yaitu sel darah merah (erytrocyt), sel darah putih (leukocyt), dan trombosit yang mana ketiganya digambarkan dalam keadaan segar tanpa adanya pulasan. Penelitian tentang unsur darah yang terbentuk penting untuk klinik, karena morfologi, jumlah dan perbandingan berbagai macam jenis sel-sel merupakan indikator dari berbagai macam jenis sel-sel merupakan indikator dari berbagai perubahan patologis dalam tubuh. Dalam darah segar tidak dilihat beberapa sifat unsur darah yang berbentuk. Namun demikian masih banyak lagi yang hanya terlihat setelah difiksasi dan dipulas (Leeson et al, 1990).




















III. MATERI DAN METODE
A. Kesehatan Ternak
1. Materi
a. Ayam hidup
b. Pinset
c. Pisau
d. Gunting
e. Tissue/kapas
f. Ether
2. Metode
a. Untuk pengamatan eksterior ayam diamati kondisiny mulai dari : mata, hidung, bulu tubuh, kaki, gerakan,anus, dan muka dan dicatat dalam laporan sementara
b. Untuk pembedahan ayam dimulai dari, kapas diberi ether kemudian menempelkan pada hidung ayam sampai ayam pingsan
c. Setelah pingsan, ayam kemudian dibelah bagian perut, sayap difiksasi terlebih dahulu
d. Ayam yang telah dibelah kemudian diamati organ-organnya
e. Mengamati bentuk dan warna tiap organ (normal atau tidak)
f. Mencatat hasil pengamatan
B. Vaksinasi
1. Materi
a. Automatic Injection
b. Alat penggores
c. Spuit
d. Kapas
e. Alcohol
f. Vaksin Cacar
g. Vaksin ND
h. Vaksin AI
i. Vitamin, obat dan anti parasit
2. Metode
a. Mempersiapkan alat untuk vaksinasi (Automatic Injection, spuit, alat penggores)
b. Memasukkan vaksin yang akan diberikan ke alat vaksinasi
c. Mempersiapkan ayam yang akan divaksin
d. Melakukan vaksinasi (menyuntikkan, menggoreskan) ke daerah intramuscular dari ayam.
C. Pengambilan Darah
1. Materi
a. Ayam hidup
b. Spuit
c. Kapas/Tissue
d. Alkohol
e. Ependorf
f. Bahan anti koagulan (EDTA)
2. Metode
a. Menyiapkan ayam yang akan di diambil darahnya dalam posisi berbaring atau berdiri.
b. Mencari pembuluh darah besar (vena) yang akan diambil darahnya.
c. Membersihkan daerah sekitar yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol, kemudian menusukan jarum di bagian vena.
d. Menusukan jarum suntik (spuit) yang steril kearah atas pada pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap keatas. Apabila darah belum terhisap, artinya jarum belum masuk ke dalam pembuluh darah.
e. Memberi bahan anti koagulan (tepung ETA) ke dalam wadah ependorf.
f. Menampung darah dengan menggunakan wadah ependorf sesuai dengan kebutuhan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesehatan Ternak
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan Eksterior
Nama Organ Kondisi /keadaan Penyakit
Mata Tidak bersinar -
Hidung Normal -
Bulu tubuh Rontok ,kusam -
Kaki Sedikit lumpuh -
Gerakan Tidak lincah -
Muka Pucat -
Dubur Kotor Gumboro
Sumber : laporan Sementara
Tabel 2. Pengamatan Organ Dalam (Visceral)
Nama organ Warna Bentuk dan ukuran Penyakit
Lidah Biru Panjang Tidak tahan vaksin
Tenggorokan Putih kekuningan Panjang -
Kerongkongan Putih pucat Panjang -
Tembolok Merah muda Panjang -
Hati Kuning (orange) Lobus Tumor hati
Jantung Merah hati Kerucut -
Empedu Ungu kehitaman Oval -
Lien Merah gelap Oval -
Proventriculus Merah muda Bulat -
Gizzard Kuning gelap Bulat -
Duodenum Putih kekuningan Panjang(huruf V) -
Usus halus Putih kekuningan Panjang -
Usus besar Putih kekuningan Memanjang -
Caeca Putih kekuningan Panjang -
Pancreas Putih kecoklatan Selaput -
Ginjal Merah bata Lonjong -
Ekskreta Hijau ada utih nya Padat sedikit cair -
Sumber : laporan Sementara

2. Pembahasan

Gambar 1. Pengamatan eksterior
Hasil pengamatan eksterior pada ayam menunjukan keadaan yang tidak normal dari ciri-ciri seperti mata tidak bersinar, hidung normal, bulu tubuh kusut dan rontok, kaki sedikit lumpuh, gerakan tidak lincah, muka pucat, dubur kotor ciri tersebut menandakan bahwa ayam tersebut menderita penyakit gumboro. Ciri-ciri hewan yang sehat adalah muka cerah,kepala terlihat normal, tidak keluar lender dari hidung, gerakan lincah, kaki terlihat kuat,posisis berdiri terlihat normal dan tidak lumpuh, bulu cerah, tidak kusam dan tidak rontok, anus bersih (Roni fadilah dan Agustin polana, 2004).
Mata yang sehat terlihat bening dan cerah serta bentuknya bulat dan pandangan tajam (Bambang Krista dan Bagus Harianto, 2010), pada pengamatan yang dilakukan mata ayam terlihat tidak bersinar,pucat dan terlihat mengantuk . Kondisi hidung pada ayam yang sakit terlihat basah terdapat lendir pada bagian rongga hidunnya, namun pada pengamatan yang dilakukan hidung ayam tampak bersih dan kering. Bulu ayam yang baik adalah cerah, tidak kusam dan tidak rontok (Roni fadilah dan Agustin polana, 2004), pada pengamatan bulu ayam terlihat kusam, tidak bercahaya dan banyak yang rontok. Kaki ayam sehat tampak berdiri tegak dan kokoh, tidak pincang, tidak bengkong, kaki basah dan berminyak (Roni fadilah dan Agustin polana, 2004), namun pada pengamatan yang di lihat kaki sedikit lumpuh, tidak berdiri tegak. Ayam yang sehat selalu bergerak lincah, pada pengamatan yang dilakukan ayam tidak banyak bergerak dan sering duduk. Muka ayam yang sehat selalu segar, dan cerah, namun pada pengamatan terlihat muka pada ayam tamak pucat, lemas, dan terlihat mengantuk. Dubur pada ayam yang sehat tampak bersih dan tidak ada kotoran yang menempel, pada pengamatan telihat bahwa dubur ayam tampak kotor karena adanya ekskreta yang encer.
Pengamatan eksterior tersebut didapatkan ayam tersebut menderita penyakit gumboro. Ciri-ciri penyakit Gumboro pada ayam menurut Nuroso (2010) yaitu bulu menjadi kusam, ayam kelihatan lesu dan tubuh gemetaran, peradangan disekitar dubur dan kotoran berwarna putih, Ayam tampak sering mematuki bulu disekitar anus, tidur dengan paruh diletakan dilantai dan terganggu keseimbangan tubuhnya. Gumboro disebabkan oleh virus yang termasuk genus Avibirnavirus pada famili Birnaviridae. Penyakit gumboro menyerang dan merusak organ pembentuk kekebalan tubuh terutama, bursal fabricius yang terletak di dekat anus (dorsal anus. Hal ini dapat menurunkan tanggap kebal terhadap perlakuan vaksinasi dan menyebabkan ayam mudah terserang penyakit lain yang lebih mematikan.

Gambar 2 . Pengamatan organ dalam ayam
Hasil pengamatan pada organ dalam ayam dapat diketahui bagian-bagian dari organ pencernaannya antara lain lidah, tenggorokan, kerongkongan, tembolok, hati, jantung, empedu, lien, proventriculus, gizzard, duodenum, usus halus, usus besar, caeca, pancreas, ginjal dan ekskreta. Hasil pengamatan pada organ pencernaan dapat diketahui warna dan bentuk yang normal dan yang mengalami gejala tidak normal yaitu pada lidah yang mengalami alergi atau tidak tahan terhadap penyakit dan pada hati terdapat perlemakan hati atau tumor hati.
a. Lidah

Gambar 3. Lidah ayam
Lidah ayam normal, dengan bentuk runcing dan keras seperti ujung panah dengan arah ke depan. Bentukan seperti kail pada bagian belakang lidah yang berfungsi untuk mendorong pakan menuju esofagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang (Akoso, 1993). Warna lidah pada ayam yang sehat adalah merah muda,namun pada saat pengamatan terlihat bahwa lidah ayam berwarna biru hal ini karena lidah ayam alergi terhadap vaksin.
b. Tenggorokan


Gambar 4. Tenggorokan
Tenggorokan Adalah bentukan pita yang menghubungkan pita suara dengan paru. Organ ini terbentuk dari cincin tulang rawan yang melekat satu sama lain oleh selaput elastis vibrosa.Warna tenggorokan ayam pada saat pengamatan adalah putih kekuningan dan bentuknya normal, tidak terdapat kelainan pada tenggorokan ayam tersebut. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadidemikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketikamenelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformisdan ke esofagus. Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisilaringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring danlaring pada tindakan laringoskopi langsung (Soetirto et al., 2007).
c. Kerongkongan

Gambar 5. Kerongkongan
Kerongkongan pada ayam saat pengamatan berwarna putih pucat dan berbentuk normal memanjang. Esofagus berfungsi sebagai jalannya makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan pharinx pada bagian atas dan proventrikulus bagian bawah. Pakan dan air masuk ke dalam esofagus dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan tekanan yang lebih rendah di dalam esofagus oleh leher yang dijulurkan ke atas (Srigandono, 1991).






d. Tembolok

Gambar 6. Tembolok
Tembolok berbentuk normal (panjang melebar), dengan bentuk seperti kantong dan merupakan daerah pelebaran dari esofagus. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai organ penyimpan pakan. Pakan yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman (Akoso, 1993). Tembolok pada ayam yang diamati berwarna merah muda pada lapisan yang terlihat dan berbentuk seperti kantung.
e. Hati

Gambar 7. Hati
Hati berwarna merah tua dengan bentuk lobus yang berfungsi menyaring darah dan menyimpan glikogen yang dibagikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Salah satu peranan terpenting dari hati dalam pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu yang disalurkan ke dalam duodenum melalui dua buah saluran. Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu dan terletak di salah satu lobus kanan hati. Lobus kiri hati tidak memiliki kantung empedu tetapi membentuk saluran yang langsung menuju ke usus (Akoso,1993). Pengamatan yang dilakukan hati berwarna kuning, bengkak dan terdapat tumor hati.
Penyakit metabolik komplek berupa pelemakan dalam hati sering terjadi pada ayam petelur yang menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar bagi industri perunggasan. Sindrom hati berlemak ditandai dengan gejala umum berupa obesitas dan perlemakan hati yang kadang-kadang disertai dengan gejala haemoragi. Kondisi kelainan pada hati yang hanya berupa pelemakan hati disebut sebagai fatty liver Syndrome (FLS), sedangkan kondisi dimana perlemakan hati disertai dengan haemoragi disebut dengan istilah Fatty Liver Haemorrhagic Syndrome (FLHS). FLHS dikenal sebagai faktor predisposisi penyebab mortalitas yang tinggi pada ayam petelur. Kedua sindrom di atas merupakan suatu problem kompleks yang disebabkan oleh sejumlah faktor penyebab. Kegagalan mengatasi kedua sindrom terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan peternak dalam hal penyebab dan pencegahannya (Imbang Dwi Rahayu, 2011).
f. Jantung

Gambar 8. Jantung
Jantung adalah organ yang memegang peranan penting dalam peredaran darah dan secara anatomis organ ini terbagi menjadi empat ruang yaitu, dua bilik dan dua serambi (Akoso, 1993). Jantung pada ayam ketika praktikum berbentuk seperti conus dan berwarna merah hati.
g. Lien

Gambar 9. Lien
Lien ayam berbentuk bulat lonjong/oval, berwarna merah hati dan kenyal. Organ ini berhubungan dengan sistem peredaran darah dan terletak di dalam rongga perut berdekatan dengan empedal. Sel darah merah dan sel darah putih dibentuk di dalam dan limpa bertindak sebagai penyimpan sel darah merah. Organ ini penting bagi tubuh karena peranannya dalam membentuk sel yang bertanggung jawab terhadap produksi antibodi atau terhadap reaksi immunologi yang lain (Akoso,1993). Lien pada ayam yang diamati ketika praktikum yang dilihat warna lien yaitu merah gelap.
h. Proventikulus

Gambar 10. proventrikulus
Proventikulus atau sering sering disebut perut kelenjar merupakan pelebaran dan penebalan dari ujung akhir esofagus. Sewaktu makanan melewatinya sel kelenjar secara mekanis akan berkerut dan menyebabkan keluarnya cairan kelenjar perut. Pencernaan pakan di dalam perut kelenjar hanya kecil peranannya, karena makanan hanya tinggal di dalam organ ini dalam waktu yang relatif pendek (Akoso, 1993). Proventikulus berwarna merah muda dan berbentuk oval.
i. Gizzard

Gambar 11. Gizzard
Gizzard juga sering kali disebut muscular stomach (perut otot) atau empedal. Lokasinya berada di antara ventriculus dan bagian atas usus halus. Gizzard memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Biasanya, gizzard mengandung material yang bersifat menggiling, seperti, grit, karang dan batu kerikil (Suprijatna et al, 2005). Gizzard berwarna kuning gelap dan berbentuk oval.
j. Duodenum

Gambar 12. Duodenum
Hasil pengamatan praktikum didapatkan bahwa duodenum ayam tersebut berwarna kekuningan dan berbentuk huruf V. Duodenum terdapat di bagian paling atas dari usus halus yang panjangnya 24 cm. Duodenummerupakan tempat untuk sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk kholesitokinin dan pankreositokinin berisi kolesterol dan fosfolipid. Sekresi enzim distimulasi oleh kholesitokinin, pankreosinin, dan sekretin, yaitu hormon peptida dari intestinum, tetapi dihambat oleh somatoston dan glukagon (Yuwanata, 2004).
k. Usus halus

Gambar 13. Usus Halus
Usus halus adalah saluran pencernaan terletak di bawah ventrikulus, dan diatas usus besar. Usus halus merupakan saluran panjang berawal dari lubang keluar lambung otot. Ada tiga bagian dalam usus halus, yakni duodenum yang memiliki panjang 20 cm, yang mengarah ke bawah disebut bagian diskendens, sedangkan yang ke atas disebut bagian askendens. Diantara diskendens dan askendens terdapat pancreas yang memproduksi enzim-enzim pencernaan. Proses pencernaan diselesaikan dan diserapdi usus halus ini (Agus Bambang. M, 1992 ).Terdiri atas Duodenum, Yeyunum, dan ileum. Pengamatan pada saat praktikum menunjukkan bahwa warna dari usus halus adalah putih kekuningan.
l. Usus besar

Gambar 14. Usus Besar
Usus besar merupakan penampang zat-zat makanan yang sudah dicerna dan diserapoleh usus halus. Sebelum masuk ke usus besar, harus melewati simpang tiga sampai kloaka. Usus besar dibagi menjadi dua yakni kolon dan rectum. Kedua bagian usus besar ini panjangnya 12 cm (Agus Bambang. M, 1992 ). Warna usus besar pada pengamatan yaitu putih kekuningan.
m. Caeca
Hasil pengamatan praktikum didapatkan bahwa caeca ayam tersebut berwarna putih kekuningan dan berbentuk memanjang. Usus buntu atau caeca berada diantara usus kecil dan usus besar dimana kedua ujungnya buntu. Caeca berjumlah sepasang dan mempunyai panjang 10-15 cm pada umumnya (Akoso, 1993).

Gambar 15. Caeca
n. Pancreas

Gambar 16. Pancreas
Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim-enzim berfungsi menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton. Pankreas berwarna merah muda. Di dalam pankreas dihasilkan enzim amilase, lipase, dan tripsin. Amilase berguna mencerna karbohidrat sedangkan lipase untuk mencerna untuk mencerna lemak dan tripsin untuk mencerna protein. Selain itu pankreas menghasilkan hormon insulin untuk mengatur metabolisme gula ( Warsito dan Rohaeni, 1994). Pada pengamatan warnya adalah putih kecoklatan.
o. Ginjal

Gambar 17. Gainjal
Terletak dibagian tulang punggung berjumlah seasang di kanan dan kiri. Pengamata yang dilakukan pada saat praktikum warna ginjal adalah merah bata. Ginjal adalah organ yang menyaring plasma dari unsur-unsur plasma darah, dan kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur berguna yang kembali dari filtrat yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dari produk buangan plasma. Ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke blader (kantong kencing). Blader merupakan organ muskular yang berongga yang ukuran dan posisinya bervariasi tergantung jumlah urine yang ada didalamnya. Pelvis, ureter, blader, dan uretra pada bagian dalamnya diselaputi oleh epitel transisional (organ yang mengalami distensi, lumen menjadi besar, dinding menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi yang lebih sedikit) (Frandson, 1992).





B. Vaksinasi
1. Hasil Pengamatan
Table 3. hasil pengamatan saat vaksinasi
Nama vaksin/vitamin Dosis Cara pemberian
Anti parasit (Panmectine 10) 4 cc Injection pada bagian subkutan
B-Complex 3 cc Injection pada bagian subkutan
ND B1 1 tetes Tetes mata pada ayam
ND Clone 0,5 ml Injection
Fowl Pox 1 goresan Digoreskan pada sayap
Sumber: Laporan Sementara

2. Pembahasan
a. Anti Parasit

Gambar 18. anti parasit
Pemberian anti parasit pada praktikum kesehatan ternak ini diberikan kepada ternak sapi. Pemberian Antiparasit pada ternak berfungsi untuk mengendalikan cacing parasit dapat dilakukan dengan memberikan anti parasit setiap 2-3 bulan sekali. Jenis anti parasit yang digunakan sebaiknya dirotasi setiap tahun untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap anti parasit yang diberikan. Pemberian obat anti parasit pada kambing dalam skala besar dapat dipermudah dengan alat drenching. Beberapa obat anti cacing parasit yang beredar dipasar antara laian adalah kalbaze, rental. Pemberian obat cacing penting dilakukan kepada induk setiap 2-3 bulan (Jacob et al., 2006).


b. B-Complex

Gambar 19 .Vitamin B-Complex
Vitamin B Complek adalah tiamin, riboflavinin, niasin, piridoksin,asam pantotenat, biotin, folasin, serta vitamin B12. Tiamin, ini tidak mudah mengalami oksidasi, tetapi dapat rusak karena pemanasan didalam larutan. Asam pantotenat adalah penyatuan dua macam zat organik suatu derivate butirat dengan asam amino alanin. Sianokobalamin merupakan bentuk utama vitamin B12, mengandung suatu grup sainida, terikat pada kobalat pusat. Asam folat banyak terdapat pada bahan makanan yang baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk konjugasi. Niasin merupakan zat organic yang sederhana, merupakan asam yang mengandung nitrogen dan niaciamit adalah garam dari asam ini. Piridoksin terdpat pada system enzimatik yang berperan dalam metabolism asam amino, oleh karena itu diperlukan dalam metabolism protein. Vitamin B-Complex digunakan dalam pembentukan sel darah merah dan juga membantu mengekalkan pelindung selaput syaraf (Akoso, 1998).







c. ND B1 dan ND Clone

Gambar 20 . Vaksin ND tetes


Gambar 21. Vaksin ND Clone
Vaksin ND tetes dilakukan pada ayam dengan dosis 1 tetes dan di teteskan pada mata ayam. Vaksin ND Clone diberikan dengan cara penyuntikan pada intramuscular ayam dengan dosis 0,5 ml. Penyuntikan menggunakan alat Automatic Injection.
Vaksin ND IB digunakan untuk mencegah penyakit New Castle Disease dan Infectious Bronchitis. Cara pemberian vaksin ini ada dua cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian paha. Perbedaan metode vaksin ini dikarenakan perbedaan umur ayam yang akan divaksin. Untuk pemberian vaksin ND IB secara tetes biasanya dilakukan pada anak ayam di tempat penetasan atau pada masa brooding (masa penghangatan) di kandang. Vaksin dilarutkan sesuai dengan konsentrasi dan dosis yang disyaratkan vaksin harus benar-benar mengenai mukosa mata. Pelarut dituangkan ke dalam botol vaksin sehingga terisi 2/3 dari botol tersebut, botol lalu ditutup dan dikocok sampai rata (dengan cara goyangkan dengan arah seperti angka delapan). Selanjutnya diteteskan pada mucosa mata 1 tetes/ ekor sesuai dengan konsentrasi.
Jenis-jenis vaksin ND yang lain antara lain vaksin ND inaktif / vaksin kill (vaksin yang mengandung virus yang sudah diinaktifkan) dan vaksin ND aktif yaitu vaksin yang mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifatnya sudah tidak ganas lagi bagi ayam yang divaksin. Virus ini tidak lagi dapat membuat ayam yang divaksin sakit, tetapi merangsang ayam untuk membentuk antibody (zat penolak) sehingga timbul kekebalan. Berdasarkan jenis virus yang digunakan sebagai bahan, vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik (Sundaryani, 2007).
d. Fowl Pox

Gambar 22. Vaksin Cacar (Fowl pox)
Fowl Pox penyebab virus dari famili Pox. Gejalanya terdapat bungkul cacar pada hidung, pial, dan telinga serta terjadi peradangan pada mulut. Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan vaksin-vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan dengan metode tusuk sayap. Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan emulsi. Vaksinasi Wing Web (tusuk sayap) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pelarut (khusus untuk jenis vaksin tersebut) dituangkan ke dalam botol vaksin sehingga terisi 2/3 dari botol tersebut. Botol lalu ditutup, dikocok sampai rata.
b. Larutan vaksin dituangkan ke dalam pelarut, lalu botol ditutup dan dikocok rapat.
c. Jarum penusuk yang sudah disediakan dicelupkan ke dalam larutan vaksin.
d. Lipat sayap ditusuk dari arah sebelah dalam ke arah luar sampai tembus. Hati-hati jangan samapai menusuk pembuluh darah, tulang, dan otot (daging) ayam.
(Sundaryani, 2007).
Dalam praktikum, pada vaksinasi fowl pox dilakukan pada ayam umur sekitar 35-40 hari. Vaksinasi dilakukan dengan cara:
1. Mensterilkan jarum penusuk terlebih dahulu.
2. Melarutkan vaksin ke dalam botol pelarut dengan mengocoknya.
3. Mencelupkan jarum penusuk pada larutan vaksin.
4. Menggoreskan jarum penusuk pada lipatan sayap ayam.
Pemberian vaksin ini berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit Fowl Pox.
C. Pengambilan Darah


Gambar 23. pengambilan darah
Proses pengambilan darah pada saat praktikum Ilmu Kesehatan Ternak di awali dengan mempersiapkan ayam yang akan di ambil darahnya. Bagian yang akan diambil darah dibersihkan dahulu dibersihkan dengan kapas yang diberi alkohol, kemudian pengambilan darah dengan spuit dan dimasukkan ke dalam ependorf yang sebelumnya diberi bahan anti koagulan (EDTA). Pemberian ini bertujuan agar darah tidak mengalami penggumpalan di dalam ependorf. Menurut Sukorini et al., (2007) pada umumnya EDTA tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan disbanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb. Antikoagulan yang paling sering dipakai pada pemeriksaan darah rutin adalah EDTA. Ketidaksesuaian perbandingan konsentrasi EDTA dengan bahan darah berefek terhadap hasil pemeriksaan darah tepi diantaranya parameter lekosit.






V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari praktikum Kesehatan Ternak yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan, dari pengamatan eksterior pada ayam menunjukan keadaan yang tidak normal dari ciri-ciri seperti mata tidak bersinar, hidung normal, bulu tubuh kusut dan rontok, kaki sedikit lumpuh, gerakan tidak lincah, muka pucat, dubur kotor ciri tersebut menandakan bahwa ayam tersebut menderita penyakit gumboro. Pengamatan pada organ pencernaan dapat diketahui warna dan bentuk yang normal dan yang mengalami gejala tidak normal yaitu pada lidah yang mengalami alergi atau tidak tahan terhadap penyakit dan pada hati terdapat perlemakan hati atau tumor hati.
Pemberian vaksinasi pada unggas dilakukan dengan tiga cara, antara lain : tetes mata, injection dan goresan. Pemberian vaksin cacar (Fowl Pox) dilakukan dengan cara digores pada bagian lipatan sayap. Pemberian vaksin ND dilakukan 2 cara yaitu tetes mata dan injeksi. Pemberian vitamin B Complex diberikan ke sapi dan kambing dengan injeksi (suntik) di bagan subcutan dan Antiparasit diberikan ke kambing dengan injeksi (suntik) di bagan subcutan.

B. Saran
a. Pada saat pelaksanaan praktikum vaksinasi sebaiknya praktikan bersikap tenang tidak ramai dan tidak banyak bercanda saat melakukan vaksinasi, karena dapat menyebabkan ternak stress dan merasa tidak nyama.
b. Pada saat melakukan vaksinasi dengan injeksi sebaiknya praktikan mendapat arahan dan bimbingan dari assisten supaya tidak terjadi kekeliruan dalam melakukanvaksinasi.




DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bambang. M. 1992. “Pengendalian Hama dan Penyakit”. Kanisius.Yogyakarta.
Agus, Bambang. M. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta
Akoso, 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Akoso, B. T. 2002. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Akoso, B. T., 1998. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Bambang, K. Bagus H. 2010. Beternak dan Bisnis Ayam Kampung. PT Agromedia Pustaka.Jakarta
BPTP, 2001. Beberapa Penyakit Pada Ternak Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Nusa Tenggara Barat.
Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama. Yogyakarta dan Kesehatan Hewan
Dellmann, H. D, Brown, E. M, dan Hartono, R. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta: UI-Press. hlm: 108-116.
Dwi, I.R. 2007. Tindakan-Tindakan Pencegahan Penyakit. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Fadilah et al., 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Fadilah,R dan Polana,A.2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Agromedia Pustaka.Jakarta
Frandson. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Imbang Dwi Rahayu. 2011. Sindrom hati berlemak pada ayam petelur. Pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Indartono, A.S .2005. Manajemen Air Minum Unggas. Poultri Indonesia. Jakarta.
Jahja dan Retna. 1993. Petunjuk Mendiagnosa Penyakit Ayam. Medion. Bandung
J.P. Jacob, G.D. Butchaer, and F.B. Mather. 2006. Vaccination of Small Poultry Flock .
Kimball, J. W. 1994. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Leeson, C. R., T. S. Leeson dan Paparo. 1990. Buku Ajar Histologi. EGC. Jakarta.
Nuroso. 2010. “Pembesaran Ayam Kampung Pedaging Hari per Hari”. Penebar Swadaya. Tasikmalaya
Pearce, E. C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Gramedia. Jakarta.
Soetirto Indro, Bashiruddin Jenny, Bramantyo Brastho, Gangguan pendengaran Akibat Obat ototoksik, Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung, Tenggorok Kepala & Leher.Edisi IV.Penerbit FK-UI, jakarta 2007,halaman 9-15,53-56.
Srigandono, B. 1991. Ilmu Unggas Air. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Sukorini, Tri R., dan Diannisa I., 2007. The effect of excessive disodium ethylene diamine tetraacetic acid (Na2EDTA) anticoagulant concentration on leukocytes profile in peripheral blood examination Usi. Faculty of Medicine Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Sundaryani, T. 2007. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, Edjeng.,Umiyati Atmomarsono., Ruhyat Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya . Jakarta
Wasito dan Rohaeni, E. S. 1994. Beternak Itik Alabio. Kanisius : Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius . Yogyakarta

Minggu, 31 Juli 2011

Anak Gembala: Keutamaan Bulan Ramadan

Anak Gembala: Keutamaan Bulan Ramadan: "Rasulullah SAW dalam kitab At Targhib Juz II/217-218, menyatakan bahwa manusia akan diberikan berkah dalam satu bulan Ramadhan ini, antara l..."

Selasa, 19 Juli 2011

peternakanku sangat hebat


Kebutuhan daging sapi untuk konsumsi penduduk Indonesia dirasa semakin meningkat setiap tahunnya sesuai dengan kenaikan jumlah penduduk, tetapi di lain pihak pengadaan daging sapi saat ini dirasa masih kurang. Bermacam-macam usaha dilakukan untuk pengadaan daging sapi ini baik dengan mengimpor bibit sapi, peningkatan daya reproduksi maupun pengembangan daerah peternakan di luar Jawa. Disamping itu pengadaan daging yang berkulaitas baik yang biasa dikonsumsi oleh hotel dan restoran masih banyak diimpor dari luar negeri. Daging tersebut jelas kualitasnya terjamin, maka harganya menjadi mahal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan atas.
Salah satu usaha peningkatan pengadaan daging sapi baik dalam jumlah maupun kualitasnya adalah dengan usaha sapi kereman. Sapi kereman adalah sapi jantan yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi makan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk menaikkan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal. Dengan pemeliharaan sistem ini daging yang dihasilkan lebih lunak walaupun kandungan lemaknya menjadi sedikit lebih tebal. Bila dibandingkan dengan sapi yang dipekerjakan atau sapi telah tua, kualitasnya jauh berbeda. Sapi sistem kereman bobotnya lebih mantap, kualitas dagingnya sangat baik harga jualnya pun tinggi.
Usaha ternak potong merupakan suatu usaha yang bergerak dalam bidang biologis yang berbasiskan ternak potong dan kerja. Usaha ini berusaha memobilisasi faktor–faktor produksi seperti ternak/bibit, pakan, tenaga kerja modal menjadi suatu out put produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang tidak tergantikan. Produk–produk tersebut mempunyai nilai biologis tinggi dan termasuk salah satu kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran manusia tentang arti penting gizi dan kesehatan maka permintaan terhadap produk peternakan juga meningkat.